Mockingjay Bab 20



BAB 20

  DALAM sekejap, jendela-jendela dengan kaca patri pecah berhamburan, memperlihatkan dunia yang buruk di belakangnya. Tawa berubah jadi jeritan, darah menodai aspal jalan yang berwarna ceria, asap sungguhan memperkeruh efek khusus yang dibuat untuk tayangan televisi.
  Ledakan kedua seakan membelah udara dan membuat telingaku berdenging. Tapi aku tidak tahu dari mana asal ledakan.
  Aku tiba di tempat Boggs lebih dulu, berusaha memahami arti dari daging yang koyak dan kaki yang putus, seraya berusaha mencari sesuatu yang bisa menghentikan cairan merah mengalir dari tubuhnya. Homes mendorongku menjauh, lalu membuka peralatan P3K-nya. Boggs memegang pergelangan tanganku. Wajah pucatnya tampak sekarat dan tanda kehidupan makin pudar di sana. Tapi kata selanjutnya adalah perintah. “Holo-nya.”
  Holo. Aku bergegas mencari, mengais-ngais onggokan batu yang licin kena darah, merinding beberapa kali ketika tanganku menyentuk potongan-potongan daging yang masih hangat. Kutemukan Holo yang terpental di tangga bersama dengan salah satu sepatu bot milik Boggs. Kuambil Holo itu, kubersihkan dengan tanganku, lalu kukembalikan ke komandanku.
  Homes sudah membungkus paha kiri Boggs dengan semacam perban untuk menghentikan pendarahannya, tapi perban itu pun sudah basah kuyup kena darah. Dia berusaha memasang turniket di atas sisa lutut Boggs yang satu lagi. Sisa pasukan memasang formasi pelindung mengelilingi kami dan kr kamera. Finnick berusaha menghidupkan Messala, yang terlempar ke dinding akibat ledakan. Jackson berteriak ke alat komunikasi, tapi aku tahu sudah terlambat. Semasa kanak-kanak, aku memperhatikan ibuku bekerja, dan aku tahu jika genangan darah mencapai ukuran tertentu, artinya sudah tak ada cara lagi untuk menyelamatka pasien.
  Aku berlutut di samping Boggs, bersiap-siap untuk mengulang peran yang kumainkan bersama Rue, dengan pecandu morfin dari 6, memberinya pegangan sebelum maut menjemputnya. Tapi kedua tangan Boggs sibuk dengan Holo-nya. Dia mengetikkan perintah, menekankan ibu jarinya ke layar untuk identifikasi sidik jari, mengucapkan deretan huruf dan angka untuk menanggapi perintah. Cahaya hijau melesat keluar dari Holo dan menyinari wajah Boggs. Dia berkata, “Tidak layak menjadi komandan. Mentransfer izin akses keamanan utama Pasuka Empat-Lima-Satu kepada Prajurit Katniss Everdeen.” Dia memutar Holo ke wajahku. “Ucapkan namamu.”
  “Katniss Everdeen,” kataku ke cahaya hijau. Tiba-tiba, aku terperangkap ke dalam cahaya. Aku tidak bisa bergerak atau bahkan mengedipkan mata ketika gambar-gambar berkedip cepat di hadapanku. Mereka memindaiku? Merekamku? Membutakanku? Lalu cahaya tersebut lenyap, dan aku menggeleng-geleng untuk menjernihkan kepalaku. “Apa yang kaulakukan?”
  “Bersiap-siap mundur!” teriak Jackson.
  Di belakang Finnick menerikakkan sesuatu, menunjuk ujung blok yang jadi tempat masuk kami tadi. Benda hitam berminyak menyembur seperti air mancur di jalanan, mengalir seperti ombak di antara gedung-gedung, menciptakan dinding kegelapan yang tak bisa ditembus. Benda itu tidak jelas rupanya, antara cairan dan gas, tampak biata manusia dan bukan alami. Yang pasti benda itu mematikan. Kami tak mungkin kembali lewat jalam masuk tadi.
  Terdengar bunyi tembakan yang memekakkan telinga ketika Gale dan Leeg 1 mulai meledakkan j alan di sepanjang aspal menuju ujung blok ini. aku tak mengerti mengapa mereka melakukannya sampai bom lain yang berjarak sepuluh meter dari kami meledak, hingga jalanan berlubang. Kemudian aku sadar bahwa ini adalah usaha paling dasar untuk melakukan pembersihan ranjau. Homes dan aku mengangkat Boggs dan mulai menariknya pergi menyusul Gale. Rasa sakit menguasai Boggs dan dia mulai menjerit kesakitan dan aku ingin berhenti untuk mencari cara yang lebih baik, tapi kegelapan mulai naik hingga ke bagian atas gedung-gedung, makin besar hendak menggulung kami seperti ombak.
  Aku tertarik ke belakang, peganganku pada Boggs terlepas, dan aku terbanting ke aspal. Peeta menindihku, hilang kesadaran, dan menggila, masuk ke alam ketika otaknya dibajak, pistolnya diacungkan ke arahku, berniat menghancurkan kepalaku. Aku berguling, mendengar benturan di jalan, dan dari sudut mataku kulihat dua tubuh bergumul ketika Mitchell menabrak Peeta dan menindihnya ke tanah. Tapi Peeta yang memang amat kuat dan sekarang digerakkan oleh kegilaan akibat racun tawon penjejak, menendang perut Mitchell dan membuatnya terlempar jauh.
  Terdengar bunyi keras perangkap yang terbuka ketika kapsul terbuka. Empat kabel, yang menempel pada rel-rel di gedung-gedung, keluar dari aspal, menyeret naik jaring yang sudah membungkus tubuh Mitchell. Tak masuk akal bagiku ketika melihat betapa cepat tubuhnya bersimpah darah, sampai kami melihat kawat berduri keluar dari kabel yang membungkus tubuh Mitchell. Seketika aku tahu. Itu kawat yang menghiasi bagian atas pagar di sekeliling 12. Seraya berteriak pada Mitchell agar tidak bergerak, aku nyaris muntah mencium bau semacam ter yang angit dan menyengar. Ombak hitam itu sudah sampai puncaknya dan mulai turun.
  Gale dan Leeg 1 menembak lubang kunci pintu depan gedung di sudut, lalu dia mulai menembaki kabel-kabel yang menahan jaring Mitchell. Yang lain berusaha menahan Peeta saat ini. Aku berlari ke arah Boggs, dan bersama Homes menariknya masuk ke apartemen, melewati ruang tamu rumah seseorang yang bermotif beludru putih dan merah muda, di sepanjang lorong tergantung foto-foto keluarga, hingga kami masuk ke dapurnya yang berlantai marmer lalu menjatuhkan diri di sana. Castor dan Pollux membawa masuk Peeta yang meronta-ronta di antara mereka. Jackson akhirnya berhasil memborgolnya, tapi itu membuat Peeta berontak makin liar dan mereka terpaksa harus menguncinya di dalam lemari.
  Di ruang tamu, pintu depan dibanting orang-orang berteriak. Langkah-langkah kaki mengentak keras di ruang depan sementara ombak hitam menggulung melewati gedung. Dari dapur, kami bisa mendengar jendela bergetar, bergemeretak. Bau tar yang menyengat menyerbak di udara. Finnick mengending Messala. Leeg 1 dan Cressida terhuyung-huyung masuk ke ruangan menyusul setelahnya, terbatuk-batuk.
  “Gale!” aku menjerit.
  Dia ada di ruangan, membanting pintu dapur hingga tertutup di belakangnya, satu kata terucap dengan susah payah. “Asap!” Castor dan Pollux mengambil handuk-handuk, celemek-celemek untuk menutup celah-celah pintu dan kendela sementara Gale muntah-muntah di bak cuci piring berwarna kuning cerah.
  “Mitchell?” tanya Homes. Leeg 1 hanya menggeleng.
  Boggs menyodorkan Holo ke tanganku dengan paksa. Bibirnya bergerak, tapi aku tidak memahami ucapannya. Aku menunduk mendekatkan telingaku ke mulutnya agar bisa mendengar bisikan Boggs. “Jangan percaya pada mereka. Jangan kembali. Bunuh Peeta. Lakukan yang menjadi alasanmu kemari.”
  Aku mundur agar bisa melihat wajahnya dengan jelas. “Apa? Boggs? Boggs?” matanya masih terbuka, tapi dia sudah tewas. Holo menempel di tanganku, melekat dengan darahnya.
  Kaki Peeta menendang pintu lemari, membuat anggota pasukan lain yang terengah-engah segera menahan napas. Tapi saat kami mendengarkan, energi Peeta sepertinya mulai menyurut tendanga-tendangannya mulai berkurang dan menjadi hantaman-hantaman yang tak beraturan. Lalu sunyi. Aku penasaran apakah Peeta juga mati.
  “Dia tewas?” tanya Finnick, memandang Boggs.
  Aku mengangguk. “Kita harus pergi dari sini. Sekarang. Kita baru menyalakan sederet kapsul. Berani taruhan mereka juga merekam kita dengan kamera-kamera pengawas.”
  “Pasti,” kata Castor. “Semua jalan penuh dengan kamera pengawas. Aku yakin mereka memicu ombak hitam tadi secara manual saat mereka melihat kita merekam untuk propo.”
  “Alat komunikasi radio kita mati seketika. Mungkin ada semacam gelombang elektromagnetik. Tapi aku akan membawa kita kembali ke perkemahan. Berikan Holo padaku.” Jackson mengulurkan tangan untuk mengambilnya, tapi aku mendekap Holo erat-erat.
  “Tidak. Boggs memberikannya padaku.” Kataku.
  “Jangan konyol,” bentak Jackson. Tentu saja, Jackson pikir Holo sekarang miliknya. Dia kan orang kedua dalam pasukan.
  “Dia benar,” kata Homes. “Boggs mentransfer izin kemanan utama pada Katniss saat dia sekarat. Aku saksinya.”
  “Kenapa dia melakukannya?” tanya Jackson.
  Ya, kenapa? Kepalaku pening karena rentetan kejadian yang mengerikan selama lima menit terakhir—tubuh Boggs termutilasi, sekarat, tewas, Peeta mengamuk, tubuh Mitchell yang berdaran di dalam jaring lalu ditelan ombak hitam jahat. Aku menoleh memandang Boggs, amat sangat berharap dia masih hidup. Mendadak aku yakin bahwa mungkin dia satu-satunya orang yang berada di pihakku. Kupikirkan lagi perintah-perintah terakhirnya…
  “Jangan percaya pada mereka. Jangan kembali. Bunuh Peeta. Lakukan yang menjadi alasanmu kemari.”
  Apa maksudnya? Jangan percaya pada siapa? Pada para pemberontak? Coin? Orang-orang yang memandangiku sekarang? Aku takkan kembali, tapi dia pasti tahu aku tak bisa menembakkan peluru ke kepala Peeta. Mampukah aku? Haruskah aku? Apakah Boggs bisa menebak bahwa yang sesungguhnya ingin kulakukan adalah kabur dari pasukan dan membunuh Snow dengan tanganku sendiri?
  Aku tidak bisa memikirkan semua ini sekarang, jadi kuputuskan untuk melaksanakan dua perintah pertamanya: jangan percaya siapa pun dan bergerak lebih jauh ke dalam Capitol.tapi bagaimana aku bisa memberikan alasan untuk ini? Bagaimana membuat mereka mengizinkanku memegang Holo?
  “Karena aku dalam misi khusus Presiden Coin. Kurasa Boggs satu-satunya orang yang tahu tentang misi ini.”
  Namun Jackson tampak tidak yakin. “Untuk melakukan apa?”
  Kenapa tidak mengatakan yang sejujurnya pada mereka? Misiku masuk akal dengan misi yang kubuat-buat. Tapi misiku harus terdengar seperti misi sunggugan, bukan balas dendam. “Mebunuh Presiden Snow sebelum korban perang membuat penduduk kita tak sanggup menanggungnya lagi.”
  “Aku tak percaya padamu,” kata Jackson. “Sebagai komandanmu saat ini, kuperintahkan padamu untuk mentransfer izin akses keamanan utama padaku.”
  “Tidak,” jawabku. “Itu artinya melanggar perintah langsung Presiden Coin.”
  Senjata-senjata ditodongkan. Separuh pasukan di kubu Jackson, separuh lagi di kubuku. Bakal ada yang mati, lalu Cressida bicara. “Betul itu sebabnya kami ada di sini. Plutaech ingin ini ditayangkan di televisi. Dia pikir jika kita bisa merekam Mockingjay membunuh Snow, artinya kita bisa mengakhiri perang.”
  Perkataannya membuat Jackson tertegun. Lalu dia mengarahkan senjatanya ke lemari. “Lalu kenapa dia ada di sini.”
  Aku kehabisan alasan. Aku tidak bisa memikirkan alasan yang waras bahwa Coin mengirim anak lelaki yang jiwanya tidak stabil, yang diprogram untuk membunuhku, bersama melakukan tugas yang mahapenting. “Karena dua wawancara bersama Caesar Flickerman sesudah Hunger Games dilakukan di rumah pribadi Presiden Snow. Menurut Plutarch, Peeta bisa jadi penuntun kita menuju lokasi yang tak kita ketahui keberadaannya.”
  Aku ingin bertanya pada Cressida kenapa dia berbohong demi aku, kenapa dia mendukung kami untuk melaksaakan tugas buatanku sendiri. Tapi sekarang bukanlah saat yang tepat.
  “Kita harus pergi!” kata Gale. “Aku ikut Katniss. Kalau kau tidak mau, kembali saja ke perkemahan. Tapi kita harus segera bergerak.”
  Homes membuka lemari dan membopong Peeta yang tak sadarkan diri di bahunya. “Siap.”
  “Boggs?” tanya Leeg 1.
  “Kita tidak bisa membawanya. Dia pasti mengerti,” kata Finnick. Dia melepaskan senapan Boggs dari bahunya dan menyandang senjata itu di atas senjatanya sendiri. “Jalanlah lebih dulu, Prajurit Everdeen.”
  Aku tidak tahu bagaimaa caranya jalan lebih dulu. Aku melihat Holo untuk mencari arah. Benda itu sudah aktif, tapi bagiku mati atau hidup sama saja. Tak ada waktu lagi bagiku untuk mengutak-atik tombolnya, untuk mempelajari cara kerja benda ini. aku tak tahu bagaimana cara menggunakannya. “Aku tak tahu bagaimana cara memakainya. Boggs bilang kau akan membantuku,” kataku pada Jackson. “Dia bilang aku bisa mengandalkanmu.”
  Jackson mendengus, mengambil Holo dari tanganku, dan mengetikkan perintah. Muncul denah perempatan. “Jika kita keluar dari pintu dapur, ada lapangan kecil di sana, lalu kita berada di bagian belakang unit apartemen lain. Kita melihat empat jalan yang bertemu di perempatan.”
  Aku berusaha menenangkan diri saat melihat semua jalan di perempatan di peta itu berkedip-kedip menunjukkan adanya kapsul jebakan. Dan itu Cuma kapsul yang diketahui Plutarch. Holo tidak menunjukkan bahwa blok yang baru kami lewati adalah ladang ranjau, dengan air mancur hitam, atau jaring dalam kapsul itu adalah kawat berduri. Selain itu, kami masih harus berhadapan denga Pasukan Perdamaian, apalagi sekarang mereka sudah mengetahui posisi kami. Aku mengigit bibirku, merasakan mata semua orang tertuju padaku. “Pakai masker kalian. Kita akan keluar melalui jalan masuk.”
  Seketika terdengar bantahan sana-sini. Aku meninggikan suaraku. “Jika ombak tadi sebegitu kuatnya, pasti dia sudah memicu dan menelan kapsul-kap sul jebakan di jalan.”
  Orang-orang berhenti bicara dan mempertimbangkannya. Pollux bicara dalam bahasa isyarat dengan saudara lelakinya. “Mungkin membuat kamera tidak berfingsi juga,” Castor menerjemakan perkataannnya. “Tutupi lensa-lensanya.”
  Gale mengangkat sepatu bot ke atas meja dan mepelajari cipratan ombak hitam yang mengenai bagian ujung sepatunya. Oa mengerik benda hitam itu dengan pisau dapur. “Benda ini tidak bersifat korosif. Kurasa ombak tadi hendak membuat kita kehabisan udara atau meracuni kita.”
  “Mungkin ini kesempatan terbaik kita,” kata Leeg 1.
  Masker-masker pun terpasang di wajah. Finnick memperbaiki letak masker di wajah Peeta yang menatap kosong. Cressida dan Leeg 1 membopong Messalla yang nyaris tak sadarkan diri.
  Aku menunggu ada orang yang berjalan paling depan saat kuingat bahwa itu jadi tugasku sekarang. Kudorong pintu dapur hingga terbuka dengan mudah, lapisan tipis cairan hitam menyebar di ruang tamu hingga sepertiga bagian ruangan depan. Dengan ragu-ragu , aku menyentuh benda hitam itu dengan ujung sepatu botku, dan rasanya seperti menyentuh jel. Kuangkat kakiku dan benda itu terentang sedikit sebelum terlontar kembali ke tempatnya. Ini hal bagus pertama yang terjadi hari ini. Jel terasa makin tebal ketika aku melewati ruang tamu. Aku membuka pintu depan, bersap-siap menghadapi tumpahan benda hitam itu, tapi ternyata dia tidak berubah bentuk.
  Blok berwarna pink dan oranye itu seakan baru dicelupkan ke dalam cat hitam dan cat tersebut sedang mengering. Jalan-jalan beraspal, beraspal, gedung-gedung, bahkan atap-atap rumah terbungkus jel. Ada dua macam bentuk yang tampak di sana. Moncong senjata dan tangan manusia. Mitchell. Aku menunggu di trotoar, memandanginya sampai semua anggota pasukan bergabung denganku.
  “Jika ada yang merasa ingin kembali, untuk alasan apa pun, sekaranglah waktunya,” kataku. “Tak ada pertanyaan, tak ada sakit hati.” Namun tak ada seorang pun yang sepertinya ingin mundur. Jadi aku mulai bergerak masuk ke Capitol, tahu bahwa kami tak punya banyak waktu. Jel ini terasa lebih dalam di tempat ini, tebalnya sekitar empat sampai enam inci, dan membuat bunyi menyedot setiap kali kami mengangkat kaki, tapi benda hitam itu masih menutupi jejak kami.
  Ombak tadi pasti dahsyat sekali, dengan kekuatan yang amat besar di belakangnya, karena ombak itu mengenai beberapa blok yang ada di depan. Meskipun aku berjalan dengan hati-hati, naluriku ternyata benar. Ombak itu memicu kapsul-kapsul jebakan yang lain. Satu blok dipenuhi bangkai-bangkai tawon penjejak. Mereka pasti terlepas dan langsung tewas terkena gas beracun. Tidak jauh dari sana satu gedung apatemen roboh dan gundukan reruntuhannya terbungkus jel. Aku berlari cepat melewati perempatan, mengangkat satu tanganku agar yang lain menunggu sementara aku mengawas apakah ada masalah, tapi ombak itu sepertinya merusak kapsul-kapsul itu jauh lebih banyak daripada yang bisa dilakukan pasukan pemberontak mana pun.
  Di blok kelima, aku tahu bahwa ombak sudah mereda di tempat ini. Jel di sini hanya satu inci dalamnya, dan aku bisa melihat ujung atap berwarna biru cerah di seberang perempatan berikutnya. Cahaya sore hari mulai memudar, saat ini kami butuh tempat berlindung untuk menyusun rencana. Aku memilih apa rtemen yang terletak sepertiga jalan dari ujung blok se brang. Homes membongkar kuncunya, dan aku memeri ntahkan yang lain untuk masuk ke apartemen. Aku berada di jalan selama semenit setelahnya, mengawasi jejak-jejak kaki kami memudar, lalu menutup pintu di belakangku.
  Senter-senter yang terpasang di senapan kami menyinari ruang tamu besar dengan dinding-dinding kaca yang menyinari ruang tamu besar dengan dinding-dinding kaca yang memantulkan wajah kami setiap kali kami menoleh. Gale memeriksa jendela, tidak tampak tanda-tanda kerusakan di sana lalu melepaskan maskernya. “Tidak apa-apa. Kau masih bisa mencium baunya, tapi tidak terlalu keras lagi.”
  Apartemen ini sepertinya dirancang sama seperti apartemen pertama yang kami masuki. Jel hitam membuat cahaya tidak bisa masuk dari pintu depan, tapi sedikit cahaya masih mengintip dari jendela-jendela bertirai di dapur. Di sepajang koridor, ada dua kamar tidur lengkap dengan kamar mandi. Tangga berbentuk melingkar di ruang tamu menuju rua ng terbuka di lantai dua. Tidak ada jendela di lantai ata s, tapi lampu-lampu menyala di sini, mungkin pemilih ru mah terburu-buru mengungsi. Layar televis raksasa, kos ong tapi berpendar lembut, ada di satu dinding. Kursi-ku rsi empuk dan sofa-sofa ada di sekeliling ruangan. Kami akan berkumpul di tempat ini, duduk bersandar di atas kursi-kursi nyaman berpelapis, berusaha menenangkan diri sejenak.
  Jackson masih mengarahkan senjatanya ke Peeta walaupun dia masih tak sadarkan diri dan diborgol. Kemudia dia di dudukkan di sofa berwarna biru gelap oleh Homes. Apa yang harus kulakukan terhadap dirinya? Terhadap para anggota pasukan? Sejujurnya, terhadap semua orang, kecuali Gale dan Finnick. Karena aku lebih memilih mengejar Snow bersama mereka bardua daripada sendirian. Tapi aku tidak bisa menggiring sepuluh orang ke Capitol untuk melaksanakan misi pura-pura, bahkan jika aku bisa membaca Holo sekalipun. Apakah aku harus mengirim mereka pulang saat ada kesempatan, dan sanggupkah aku melakukannya? Atau apakah itu terlalu berbahaya? Berbahaya untuk mereka dan untuk mereka dan untuk misiku? Mungkin seharusnya aku tidak mendengarkan Boggs, karena dia mungkin berada dalam kondisi delusi menjelang sekarat. Mungkin aku seharusnya jujur saja, tapi itu artinya Jackson akan mengambil alih dan kami akan kembali ke perkemahan. Di sana aku harus menghadapi Coin.
  Tepat ketika kerumitan dari kekacauan yang kutimbulkan pada semua orang yang kuseret ke dalam masalah ini mulai membuat otakku penuh, rentetan ledakan di kejauhan membuat seisi ruangan bergetar.
  “Ledakan ini tidak dekat,” Jackson menenangkan kami. “Mungkin sekitar empat atau lima blok jauhnya.
  “Di tempat kita meninggalkan Boggs,” kata Leeg 1.
  Meski tak ada seorang pun yang bergerak mendekatinya, televisi mendadak menyala, mengeluarkan bunyi bip bernada tinggi, membuat separuh anggota pasukan langsung berdiri.
  “Tidak apa-apa!” seru Cressida. “Itu Cuma siaran darurat. Semua televisi di Capitol otomatis menyala jika ada siaran itu.”
  Lalu kami tampak di layar, tidak lama setelah bom meledakkan Boggs. Suara di latar belakang memberi tahu penonton apa yang mereka lihat ketika pasukan kami berusaha berkumpul kembali, bereaksi terhadap jel hitam yang memancur dari jalanan, kehilangan kendali terhadap situasi. Kami menonton kekacauan yang terjadi setelahnya sampai ombak hitam mengaburka kamera. Gambar terakhir yang kami lihat adalah Gale, sendirian di jalan, berusaha menembak kabel-kabel yang menahan tubuh Mitchell. Reporter menyebut nama Gale, Finnick, Boggs, Peeta, Cressida, dan aku.
  “Tidak ada rekaman udara. Boggs pasti tidak salah tentang kapasitas pesawat ringan mereka,” kata Castor. Aku tidak memerhatikan hal ini, tapi kurasa ini semacam hal yang ditangkap mata juru kamera.
  Liputan itu berlajut dari lapangan di belakang apartemen tempat kami berlindung. Para Penjaga Perdamaian berbaris di atap di seberang tempat persembunyian kami yang lama. Peluru-peluru ditembakkan ke dalam barisan apartemen, menimbulkan ledakan demi ledakan yang kami dengar tadi, dan gedung tersebut roboh jadi puing-puing dan debu.
  Sekaranglah kami menyaksikan siarang langsung. Reporter berdiri di atap bersama para Penjaga Perdamaian. Di belakang reporter itu, ada satu blok apartemen yang terbakar. Para pemadam kebakaran berusaha mengendalikan kobaran api denga slang air. Kami dinyatakan tewas.
  “Akhirnya, sedikit keberuntungan,” kata Homes.
  Kurasa dia benar. Dianggap tewas jelas lebih baik daripada kami dikejar Capitol. Tapi aku terus membayangkan bagaimana pengaruh ini di 13. Di sana, ibuku dan Prim, Hazelle da anak-anaknya, Annie, Haymitch, dan semua orang dari 13 berpikir bahwa mereka sudah melihat kami mati.
  “Ayahku. Dia baru saja kehilangan adik perempuanku dan sekarang…” kata Leeg 1.
  Kami menonton tayangan yang mereka putar terus-menerus. Bersukaria dalam kemenangan mereka, terutama kemenangan atas diriku. Tayangan berganti dengan potongan-potongan tentang kebangkitan Mockingjay untuk kekuatan pemberontakan—kurasa mereka sudah menyiapkan bagian ini, karena potongan-potongan adegannya tersusun rapi—lalu mereka melakukan siaran langsung agar dua orang reporter bisa membicarakan ajalku yang mengerikan, yang memang layak kudapatkan. Selanjutnya, mereka berjanji bahwa Snow akan membuat pernyataan resmi. Layar pun kembali gelap. Para pemberontak tidak berusaha memotong siaran tadi, hingga membuatku berpikir bahwa mereka yakin berita itu benar. Jika demikian, kami sekarang sendirian tanpa bantuan.
  “Jadi, sekarang setelah kita mati, apa langkah kita selanjutnya?” tanya Gale.
  “Bukankah sudah jelas?” tak ada seorang pun yang tahu bahwa Peeta sudah sadar. Aku tidak tahu sudah berapa lama dia menonton, tapi melihat penderitaan di wajahnya, kurasa dia sudah sadar cukup lama dan sempat melihat apa yang terjadi di jalanan. Bagaimana dia mengamuk, berusaha menghantam kepalaku, lalu melempar Mitchell ke kapsul jebakan. Dengan susah payah dia menegakkan diri untuk duduk dan berbicara langsung pada Gale. “Langkah kita selanjutnya adalah… membunuhku.”
®LoveReads

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Mockingjay Bab 20"

Posting Komentar